Selasa, 19 Agustus 2008

Mengembangkan Karyawan dengan Jurus Kungfu Panda

Film animasi Kungfu Panda yang sampai sekarang masih diputar di bioskop-bioskop di Jakarta karena larisnya, selain memberi hiburan yang menyegarkan juga merupakan sumber hikmah berlimpah yang bisa diambil manfaatnya bagi para manajer, trainer, atasan maupun pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengelola karyawan. Anda yang kebetulan belum menonton film ini, atau bahkan yang sudah pun, mungkin jadi bertanya-tanya, bagaimana ceritanya sebuah film --animasi lagi!-- bisa dijadikan bahan pembelajaran untuk mengelola dan bahkan mengembangkan karyawan?

Pada dasarnya, kisah film ini sederhana saja. Seekor panda jantan gemuk bernama Po digadang-gadang ayahnya untuk mewarisi pengelolaan bisnis restauran mie miliknya yang terkenal lezat. Suatu hari sang ayah pernah bilang, ada resep rahasia yang kelak harus diketahui oleh Po. Namun, harapan sang ayah berantakan karena Po tanpa tersangka-sangka terpilih (oleh takdir) menjadi Pendekar Naga yang harus menyelamatkan kehidupan desanya. Untuk itu, Po harus dilatih kungfu terlebih dahulu. Namun, bagaimana mungkin sedang ia hanyalah si gemuk yang susah bergerak dan tahunya makan enak? Dalam keputusasaannya, Master Shi Fu sang guru kungfu tiba-tiba menemukan cara untuk memungkinkan potensi Po untuk dikembangkan secara maksimal sesuai harapan.

Alhasil, Po pun akhirnya menguasai ilmu kungfu tingkat tinggi. Tugasnya sekarang, sebelum mengalahkan musuh yang mengancam kehidupan seluruh desa, memecahkan rahasia Kitab Naga demi kesempurnaan ilmunya. Tapi, kitab tersebut ternyata hanyalah lembaran kosong. Po pun kehilangan harapan, lalu kembali kepada ayahnya yang pengusaha restauran mie. Saat itulah, sang ayah membisikkan rahasia resep kelezatan mie yang dulu dijanjikannya. Apa kata sang ayah? "Tidak ada rahasia. Mie itu lezat karena kita yakini lezat." Po mendapat inspirasi dari penuturan ayahnya itu, bahwa Kitab Naga itu memang kosong dan dirinya hanya harus yakin mampu mengalahkan musuh yang sudah menantinya.

Dari sekelumit ringkasan di atas, kita bisa menarik butir-butir yang berharga untuk membantu mengembangkan potensi karyawan:

1. Rahasia untuk menjadi istimewa tak lain adalah keyakinan bahwa Anda memang istimewa.

Bangkitkan prinsip seperti itu pada diri setiap karyawan. Kalau kita berpikir diri kita spesial, unik, memiliki keunggulan, beda dari yang lain, dan berharga maka kita pun akan mendapatkan dorongan dari dalam untuk melakukan hal-hal yang istimewa.

2. Terus berusaha mewujudkan mimpi (sampai) menjadi kenyataan.

Po yang gemuk, tertatih-tatih menaiki tangga padepokan dan baru beberapa langkah saja sudah lelah, tidak begitu saja pantang menyerah. Kegigihannya terus dipertahakna hingga akhirnya ia bisa menguasai kungfu. Jangan biarkan pikiran negatif menghalangi kita untuk meraih impian, apalagi kemudian menyerah. Tanamkan pada karyawan bahwa kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri dan hari ini adalah anugerah. Kegagalan masa lalu tidak boleh membayangi langkah kita, demikian juga ketakutan akan masa depan. Hidup adalah perbuatan, kata sebuah iklan. Berbuatlah hari ini, yakni hari yang telah dihadiahkan Tuhan pada kita.

3. Kita tidak akan berhasil mengembangkan orang lain, sebelum kita percaya dengan kemampuan yang dimiliki orang itu, juga kemampuan kita sendiri.

Master Shi Fu awalnya menolak melatih Po karena menilai bahwa Po adalah pilihan yang salah. Lagi pula, mana mungkin melatihnya dalam waktu singkat? Banyak manajer atau atasan yang belum-belum sudah memberi label pada seorang karyawan sebagai "tidak berbakat" dan penilaian-penilaian sejenis. Selain merugikan karyawan yang bersangkutan, juga membuat sang manajer itu sendiri juga kehilangan kepercayaan diri untuk mengembangkannya.

4. Temukan "sesuatu" dari diri karyawan dan manfaatkanlah hal itu sebagai cara untuk mengembangkan dan memotivasi mereka.

Shi Fu akhirtnya melihat bahwa kegemaran Po makan bisa dijadikan "pintu masuk" untuk memberi pelajaran-pelajaran kungfu. Setiap karyawan adalah satu keunikan, temukan itu untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Ibarat rambut sama hitam, tapi setiap orang berbeda-beda dalam faktor yang membangkitkan motivasi mereka.

5. Tidak ada kebetulan.

Faktor kebetulan hanya terjadi pada cerita-cerita fiksi murahan. Dalam mengelola dan mengembangkan karyawan, buang jauh-jauh harapan pada kebetulan. sebab, kebetulan itu tidak ada, yang ada adalah usaha yang sungguh-sungguh dalam melihat dan menghargai setiap potensi individu.

sumber : http://www.portalhr.com/tips/2id157.html

Tidak ada komentar: